Posted by : vino
Senin, 01 Januari 2018
Meski #Ise diupgrade secara masif, Ise tetaplah tertinggal
saat Perang Pasifik pecah karena kecepatannya lamban, kru besar, dan jarak
pendek, menyebabkan ia jarang bertempur sebagai kapal tempur. Walau ia sempat
berpartisipasi dalam Serangan Pearl Harbour, ia tak menemukan satupun armada
kapal induk Amerika kala Doolittle Raid pada 18 April 1942.
Sebulan berselang, Ise mengalami kecelakaan dimana ruang
mesin no.2 kebanjiran. Akla diperbaiki, Ise menjadi kapal pertama yang
dipasangi Radar Udara Tipe 21.
Saat Jepang kehilangan 4 kapal induknya dalam Pertempuran
Midway, Ise dan Hyūga direncanakan akan menjadi kapal induk dengan 54 pesawat.
Namun karena kurangnya waktu dan SDA, maka konsep hybrid kapal tempur/induk pun
digunakan. (Inilah yang kita kenal bernama Aviation Battleship alias BBV). Turret
No.5 dan No.6 diganti dengan hangar dek terbang 70m dan elevator pesawat
berbentuk-T.
Meski terlihat menjanjikan, nyatanya mereka hanya jadi kapal
tempur biasa dan pesawatnya ditransfer ke lanud darat. Penyebabnya sederhana
tapi fatal, pelatihan pilot tak selesai tepat waktu dan proses take-off dan
landing yabg seringkali terlalu rumit walau selesai prosesnya pada 8 Oktober
1943.
Ise lalu ke Truk pada made a sortie to Truk in Oktober 1943,
mengantar suplai dan Divisi ke-52 pasukan IJA ke-52.
Mei 1944, 104 senjata anti-pesawat dipasang bersama 6 rak
roket anti-pesawat berisi 30 roket.
Ise hanya mengalami rusak ringan dalam Pertempuran Teluk
Enganõ, Oktober 1944. Kala itu mereka menembak jatuh 5 pembom tukik mengenai
No.2 turret. Namun, karena kurangnya efektik anti-pesawat, kala berakhir,
pesawat USN menghabisi kapal induk Zuikaku, Zuihō, dan Chitose serta perusak
Akizuki. Di waktu yang bersamaan, Ise diserang 85 pembom tukik. 34 kali nyaris
kena, armornya rusak dan boilernya juga, katapul juga rusak dan 5 kru tewas
plus u1 terluka-luka.
Pasca balik ke Jepang, sejak 29 Oktober, katapulnya
dihilangkan agar senjata turret No.3 dan No.4 bisa menembak dengan maksimal.
Kala Operasi Kita pada awal 1945 yaitu ke Lingga dan
Singapura, Ise bersama Hyūga dan penjelajah Õyodo mengantar suplai perang yang
penting (minyak, karet, tin, zink & merkuri) dan mengevakuasi 1.150 kru
kilang minyak ke Jepang. Saat menuju Singapura, kena ranjau dan hanya rusak
ringan, ini yang gila pas baliknya. 19 Februari 1945, Ise selamat menuju Moji
walau ada 23 kapal selam Sekutu selama perjalanan.
Mulai 25 Februari 1945 hingga selesai perang, Ise menetap di
Kure, tanpa bensin atau pesawat, sempat dikamuflase namun tak cukup. 19 Maret
1945, 240 pesawat TF58 menyerang Kure dan mengenai Ise dengan 2 bom. Menjadi
kapal cadangan ke-4 pada 20 April, ia diderek ke Ondo Seto sebagai baterai
anti-pesawat yang mengapung. 24 Juli, 60 pesawat kapal induk AS, mengenai
buritan, dek terbang, dek utama, No.3 turret dan bridgenya, menewaskan Kapten
Mutaguchi, seorang perwira dan sekitar 50 kru kapal.
Malang, 28 Juli kala ia kembali diserang, 5 bom 450 kg dari
skuadron F4U Corsair milik USS Hancock dan 11 bom dari pesawat TF58 menutup
kisahnya yang penuh perjuangan bak seorang pahlawan. Ia mulai miring dan karam
dalam laut yang dangkal.
Ia baru dihapus dari daftar militer pada 20 November 1945.
Sisa-sisa bagian Ise yang tertinggal, dipreteli oleh Kure
Dockyard dari Harima Zosen Yard dari 9 Oktober 1946 – 4 Juli 1947.
BONUS:
Ise dibangkitkan lagi sebagai JS Ise (DDH-182) yaitu kapal
kedua dari perusak helikopter kelas Hyūga dari Japan Maritime Self-Defense
Force (JMSDF). Juga kapal kedua yang dinamakan Ise setelah kapal tempur IJN PD2
Ise.
Dibangun oleh IHI Marine United dan ditugaskan pada 16 Maret
2011. Debutnya kala membantu korban-korban pasca Angin Topan Haiyan di Filipina
sebagai bagian dari Operasi Sankai.